Kabar Gembira, Antibodi Virus Corona Ditemukan!

Advertisement

Kabar Gembira, Antibodi Virus Corona Ditemukan!

Jumat, 08 Mei 2020

Peneliti Klaim Vaksin Virus Corona dan Anti Body Ditemukan ...

Belajardirumah.org -  Ilmuwan selangkah lebih dekat untuk menemukan perawatan COVID-19. Antibodi yang bisa menghalangi virus sudah ditemukan.

Penemuan ini dilaporkan oleh para peneliti dari Utrecht University dan Erasmus Medical Centre di Belanda serta perusahaan Harbour BioMed (HBM). Mereka menemukan cara potensial untuk menetralkan COVID-19

Diberitakan News.com Australia, yang dilihat Kamis (7/5/2020) tim meneliti sel manusia yang ditumbuhkan di laboratorium. Harapannya hasilnya akan sama pada pasien.

Terobosan ini menjadi kabar baik di tengah upaya mencari vaksin untuk virus yang sudah menularkan 3,8 juta orang dan membunuh 265 ribu orang ini.

Profesor Berend-Jan Bosch yang memimpin penelitian mengatakan antibodi ini menyerang protein mahkota pada tubuh virus Corona. Mahkota berduri ini yang menempel pada sel manusia dan lalu memasukkan materi genetik untuk berkembang biak di tubuh inangnya.

"Antibodi yang menetralkan punya potensi membalik arah infeksi pada tubuh pasien, mendukung pembersihan virus atau melindungi orang yang belum tertular dari virus ini," kata Bosch.

Antibodi ini mengikat pada enzim yang disebut ACE2 yang diidentifikasi sebagai reseptor COVID-19 ketika menyerang tubuh manusia. Antibodi monoklonal sudah berhasil menetralkan SARS-CoV-2 dalam percobaan pada tikus. Antibodi yang disebut 47D11 menghancurkan SARS-CoV dan SARS-CoV-2.

Hasil riset ini sudah dipublikasikan di Nature Communications. Tim ini ternyata sudah meneliti virus corona hampir 20 tahun sejak wabah virus SARS.

"Penemuan ini jadi dasar yang kuat untuk riset lanjutan untuk melihat karakter antibodi ini dan memulai pengembangan sebagai pengobatan COVID-19," kata Profesor Frank Grosveld dari Erasmus Medical Centre di Rotterdam.

Terapi ini lalu dikembangkan Harbour BioMed di Massachusetts yang dipimpin Dr Jingsong Wang. Dia mengatakan butuh riset lanjutan untuk menilai apakah bisa melindungi manusia dan mengurangi penyakitnya.

Sumber : Detik