KPAI : Sebanyak 129.937 Orangtua Siswa Tak Setuju Sekolah Dibuka di Tahun Ajaran Baru, Ini Alasannya...

Advertisement

KPAI : Sebanyak 129.937 Orangtua Siswa Tak Setuju Sekolah Dibuka di Tahun Ajaran Baru, Ini Alasannya...

Rabu, 03 Juni 2020

KPAI Prihatin Siswi SMP Dikeroyok 12 Pelajar SMA karena Asmara

Belajardirumah.org -  Komisioner KPAI bidang pendidikan Retno Listyarti menggelar polling pendapat melalui penyebaran angket yang dilakukan oleh di laman Facebook pribadinya.

Retno menyebut bahwa polling tersebut merupakan riset advokasi. Namun, rapat pleno komisioner KPAI menolak hal ini menjadi data KPAI.

Karena sifatnya baru ujicoba angket selama 32 jam dan tidak ada koordinasi saat akan melakukan ujicoba angket pendapat masyarakat ini.

Hal itu dikatakan Komisioner KPAI bidang pendidikan Retno Listyarti dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/6/2020).

"Namun, atas nama hak publik untuk tahu hasilnya, terutama penghargaan saya secara pribadi kepada ratusan ribu orangua, siswa, dan guru yang sudah berpartisipasi, maka saya memutuskan membuka hasil angket ini,” ujar Retno.

Dalam riset advokasi, metodenya adalah ideografis, subyektif dan harus memihak.

Dalam hal ini katanya adalah memihak pada kepentingan terbaik bagi anak, termasuk dalam angket pendapat ini.

"Namun, karena keterbatasan kemampuan saya mengolah data ratusan ribu ini, maka hasil pendapat siswa dan guru belum selesai diolah, namun akan secepatnya diselesaikan dan pasti akan disampaikan ke publik hasilnya, karena itu memang hak publik untuk tahu,” kata Retno.

Sasaran kuisioner adalah siswa, guru dan orangtua.

Angket ini katanya bertujuan untuk memberikan ruang partisipasi kepada siswa, orangtua dan guru secara langsung kepada kebijakan Negara yang terkait anak.

Angket ini juga merupakan advokasi kebijakan dan masukan kepada pemerintah terkait kapan idealnya sekolah di buka menurut persepsi anak, guru dan orangtua siswa.

Angket yang disusun kemudian diujicoba dengan cara mengunggah angket di aplikasi facebook pribadi, namun kemudian menjadi viral dengan berbagai pengantar yang ditambahkan netizen.

"Saya mengapresiasi semangat dan antusias masyarakat mengisi dan menshare angket tersebut," katanya.

Bahkan ketika pengisian angket di tutup pada Kamis (28/5/2020) pukul 7.30 WIB, kata Retno ada ratusan WhatsApp dan inbox Facebook ke nomor pribadinya.

Serta media sosial KPAI official dari masyarakat yang sangat berminat mengisi angket tersebut.

"Ketika ujicoba angket dilakukan ternyata tidak diduga animo masyarakat untuk berpartisipasi sangat tinggi. Sehingga dalam 32 jam, saat ujicoba angket ditutup, ternyata diperoleh partisipasi siswa sebanyak 9.643 orang; partisipasi guru sebanyak 18.111 orang dan partisipasi orangtua mencapai 196.559 orang," katanya.

"Orangtua yang paling antusias mengikuti pengisian angket ini. Bahkan sampai 2 Juni 2020 masih ada permintaan masyarakat agar angket dibuka kembali karena para orangua ini ingin menyampaikan pendapatnya," kata dia.

Jumlah yang berpartisipasi mengisi angket ini menurut Retno sungguh diluar dugaan.

Orangtua yang mengisi mencapai ratusan ribu dalam waktu singkat menggambarkan bahwa masyarakat khawatir melepas anaknya bersekolah di saat pandemi, kasus masih tinggi dan belum terlihat persiapan sekolah dan Dinas Pendidikan dalam melindungi anak-anak selama di sekolah nantinya.

Tujuan Penyebaran angket kepada orangtua, guru dan siswa kata Retno adalah untuk :

1. Mengetahui persepsi orangtua, guru dan siswa terkait kebijakan membuka kembali sekolah di masa pandemic covid 19 pada tahun ajaran baru 2020/2021 pada 13 Juli 2020;

2. Memberikan ruang partisipasi kepada siswa, orangtua dan guru secara langsung kepada kebijakan Negara terkait pembukaan sekolah di masa pendemi covid 19;

3. Memberikan masukan kepada pihak terkait tentang sikap orangtua, guru dan siswa ketika pemerintah akan membuka sekolah pada masa pandemic covid 19.

Adapun tempat penyebaran angket adalah di dunia maya dengan menggunakan aplikasi whasApp, Facebook dan email.

"Karena dilakukan penyebarannya melalui media social, maka daya jangkau angket ini meliputi wilayah se-Indonesia," ujarnya.

Untuk responden orangtua dan guru berdasarkan wilayah, 63% responden berasal dari pulau Jawa, 18% dari Pulau Sumatera dan 19% dari berbagai pulau ( Pulau Bali dan Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Pulau Papua dan Pulau Maluku dan Pulau Kalimantan).

Adapun rincian wilayahnya antara lain sebagai berikut : Pulau Sumatera meliputi : Aceh Tamiang, Kuala Simpang, dan Banda Aceh (Nangroe Aceh Darussalam); Kota Palembang, kab. Musi Banyuasin, Ogan Ilir.

Kemudian kab. Muara Enim (Sumatera Selatan); kota Batam, Tanjung Pinang dan Lingga (Kepulauan Riau), Lubuk Linggau, kota Bengkulu, Bengkulu Tengah, kab. Rejang Lebong dan kab. Lebong (Bengkulu), kota Jambi.

Lalu, kota Merangin, dan kab. Bungo (Jambi): Tanah Datar, kota Padang, Solok, dan Bukit Tinggi (Sumatera Barat); kota Medan, kab. Tapanuli Utara, Toba-Samosir, Deli Serdang, Sidikalang (Dairi).

Serta Padang Sidempuan (Sumatera Utara); Lampung Utara dan Pringsewu (Lampung).

Pulau Jawa meliputi : kota Bogor, kabupaten Bogor, kota Bandung, kabupaten Bandung, kota Bekasi, kab. Bekasi, Depok, Garut, Indramayu, Cianjur, Sukabumi dan Tasikmalaya (Jawa Barat); kota Semarang, kota Salatiga.

Lalu, kota Solo, kab. Boyolali, kab.Purbalingga dan kab. Brebes (Jawa Tengah); kabupaten Magetan, kota Surabaya, kab. Jember, kab. Probolinggo, kab. Lamongan, kab. Gresik, dan kab. Lumajang (Jawa Timur).

Kemudian kota Jogjakarta, Kulon Progro Gunung Kidul dan Sleman (D.I Yogjakarta); kab. Tangerang, kota Tangerang, Cilegon, Tangerang Selatan, Serang dan Rangkas Bitung (Banten); Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Kepulauan Seribu (DKI Jakarta);

Pulau Bali dan Nusa Tenggara me;iputi : kota Denpasar (Bali); Kupang (NTT); kab. Bima, kota Bima, kota Mataram, Lombok Tengah, Lombok Barat (NTB).Pulau Kalimantan meliputi : Singkawang, Ketapang, dan Pontianak (Kalimantan Barat) Balikpapan (Kalim antan Timur).

Pulau Sulawesi meliputi : kab. Bone, kota Makassar dan kab. Maros (Sulawesi Selatan); kota Manado dan Bolmok Utara (Sulawesi Utara); Mamuju (Sulawesi Barat); Pulau Maluku meliputi : Ternate, kab. Namlea dan kota Ambon; Pulau Papua meliputi : Wamena (Papua) dan Sorong (Papua Barat)

Wilayah Domisili Responden Siswa

Siswa yang setuju sekolah di buka kata Retno wilayahnya meliputi Palembang (Sumatera Selatan); Binjai (Sumatera Utara); kota Padang, Payakumbuh, (Sumatera Barat); Kota Bengkulu (Bengkulu); kota Jambi.

Tebo (Jambi); Kota Pekanbaru (Riau); Pesisir Barat, kota Lampung, Pesawaran (Lampung); kab. Tabanan (Bali); kab. Bima, kab. Bulu Kumba, Lombok Timur, Lombok Barat, Mataram, Dompu (NTB); DKI Jakarta; Karawang, Indramayu, Bekasi, Bogor, Bandung, Tasikmalaya, Depok, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, (Jawa Barat).

Wonosobo, Temanggung, Magelang, Semarang, Banyumas, Surakarta (Jawa Tengah); Madiun, Ngawi, Lamongan, Malang, Surabaya, Ponorogo, Mojokerto, Bangkalan/Madura, Sumenep, Sampang, Pacitan, Banyuwangi (Jawa Timur); Sleman (D.I. Jogjakarta); Serang, Pandeglang, Tangsel (Banten); kab. Maros, Jeneponto, Makasar, Bone.

Kep. Selayar (Sulawesi Selatan); Manado (Sulawesi Utara); Kendari, Kolaka (Sulawesi Tenggara); Bone Bolango, (Gorontalo), Palangkaraya, Kuala Kapuas (Kalimantan Tengah); Nunukan (Kalimantan Timur), Benkayang (Kalimantan Barat); Banjarmasin, Hulu Sungai Tengah, (Kalimantan Selatan); Jayapura (Papua);

Siswa yang tidak setuju dibuka, wilayahnya meliputi :

DKI Jakarta, Serang,Tangsel (Banten); Depok, Subang, Indramayu, Sumedang, Karawang, Cirebon, Bandung (Jawa Barat); Bojonegoro, Magetan, Surabaya, Tulungagung, Bangkalan/Madura, Bantul, Malang, Blitar, Banyuwangi, Jember, Pasuruan, Pamekasan, Sampang (Jawa Timur); Wonogiri, Brebes, Sidoarjo, Demak, Cilacap,

Tegal (Jawa Tengah); Lombok Barat, Sumbawa Barat (NTB); Jambi; Simalungun, Deli Serdang, (Sumatera Utara); Kota Padang (Sumatera Barat); kota Palembang, Ogan Ilir (Sumatera Selatan); Batam (Kepri); Bone, Pare Pare.

(Sulawesi Selatan); Kendari (Sulawesi Tenggara); Balikpapan, Samarinda, Kutai Timur, (Kalimantan Timur); Palangkaraya, Kapuas (Kalimatan Tengah); Banjar Baru (Kalimantan Selatan); Mimika, Jayapura (Papua);

Identitas Responden OrangtuA, Siswa dan Guru

"Responden orangtua yang berpartisipasi mengisi angket adalah sebanyak 196.559 orang," kata Retno.

Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden orangtua, yaitu : 47% (92.116 responden) berpendidikan Strata 1, sedangkan sisanya 21% (41.664) berpendidikan SMA, 14% (27.194) berpendidikan Diploma, 11% (22.005) berpendidikan Strata 2, 6% (11.665 responden); berpendidikan SMP, dan 1% (1.902 responden) berpendidikan Strata 3.

Mayoritas pekerjaan responden orangtua adalah ibu Rumah Tangga, yaitu sebanyak 43% (84.155), Pegawai swasta sebanyak 22% (43.013); Pegawai Negeri (ASN) sebanyak 16% (31.553); Wirausaha sebanyak 10% (19.669); dan lain-lain sebanyak 9% (18.156).

Namun dari ASN dan pegawai swasta ternyata ada yang berprofesi sebagai guru, padahal ada angket juga yang sasarannya juga guru. Kemungkinan yang bersangkutan kata Retni mengisi sebagai guru dan juga sebagai orangtua siswa.

Responden siswa yang berpartisipasi dalam mengisi angket ini sebanyak 9.643 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan siswa yang saat ini berada di jenjang SMA/sederajata (42%), SMP/sederajat (34%) dan SD/sederjat (23,1%).

Berdasarkan rentang usia responden siswa, mayoritas berada pada usia 16-18 tahun (39,3%); usia 13-15 tahun (37,6%) dan usia 10-12 tahun (23,1%).

Responden guru yang berpartisipasi dalam mengisi angket ini sebanyak 18.111 orang. Dari jumlah tersebut 27,8% merupakan guru yang mengajar pada jenjang pendidikan SMP/sederajat; 26,3% mengajar pada jenjang SD/sederajat.

23% mengajar pada jenjang SMA/sederajat; 12,7% mengajar pada jenjang SMK/sederajat; 9% mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sisanya 1,2% guru yang mengajar pada jenjang TK/RA/sederajat.

Berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar responden guru berpendidikan Strata 1 (S1) sebanyak 80,7%, Strata 2 (S2) sebanyak 14,6% dan 4,7% responden berpendidikan S3 dan sebagian lagi Diploma (Non gelar).

Sedangkan rentang usia responden guru, sebagian besar berusia antara 25-35 tahun (39,1%); usia 36-45 tahun (29,5%), usia 46-55 tahun sebanyak 23,6% dan sisanya berusia diatas 55 tahun sebanyak 7,9%.

Rentang usia 25-45 tahun ini adalah usia yang disarankan komsisi new normal bisa menjalankan aktivitas di luar rumah, jumlah ini pula yang sebagian besar juga menyetujui sekolah di buka Juli 2020.

Sedangkan usia yang diatas 45 tahun sebagian besar menolak sekolah dibuka pada Juli 2020.

Setuju/Tidak Setuju Sekolah Di Buka 13 Juli 2020

Dari 196.546 responden, orangtua tidak setuju (menolak) sekolah dibuka pada Juli 2020 mencapai 66% (129.937) dan yang setuju sekolah di buka pada tahun ajaran baru sebanyak 34% (66.609).

Data sebaliknya dari orangtua terjadi pada hasil polling anak.

Dari 9.643 responden siswa sebanyak 63,7% setuju sekolah di buka pada Juli 2020, sedangkan 36,3% tidak setuju atau menolak sekolah dibuka pada tahun ajaran baru 2020. "Tampaknya anak-anak sudah ingin segera sekolah, mereka mulai jenuh di rumah saja. Mereka rindu kebersamaan dengan teman-temannya," kata Retno.

Sedangkan responden guru sebanyak 18.111 orang menyatakan setuju membuka sekolah pada Juli 2020 sebanyak 54% dan sisanya 46% menolak sekolah dibuka. Guru yang setuju dan tidak setuju berbeda tipis, hanya sekitar 8%, tetapi tetap lebih banyak yang setuju. Kemungkinan para guru juga sudah rindu murid-muridnya.

Alasan Responden Orangtua yang setuju sekolah dibuka pada 13 Juli 2020 , yaitu :

1. Sudah jenuh mendampingi anak belajar dari rumah (3%)
2. PJJ tidak dapat maksimal dilaksanakan karena keterbatasan peralatan daring yang memadai dan siswa kesulitan membeli kuota internet (16%)
3. Kesulitan membeli kuota internet untuk pembelajaran daring (6%)
4. Kasihan anak-anak terlalu berat mengerjakan tugas-tugas selama PJJ (13%)
5. Anak selama PJJ kelelahan matanya karena mengerjakan tugas melalui telepon genggm (10%)

Alasan responden orangtua yang tidak setuju :

a. Kasus yang terinfeksi covid 19 masih tinggi (60%)
b. Khawatir anak tertular covid 19 di perjalanan menuju dan pulang sekolah (47%)
c. Wastafel di sekolah minim jumlahnya (21%)
d. Jarang ada sabun cuci tangan di toilet dan wastafel sekolah (19%)
e. Jarang ada tusi di toilet dan wastafel sekolah (18%)
f. Toilet sekolah tidak bersih (15%)
g. Toilet sekolah kadang airnya terbatas (15%)

Jika tidak setuju, kapan idealnya sekolah dibuka menurut Responden orangtua :

1. Sepetember 2020 (3%)
2. Januari 2021 (13%)
3. Juli 2021 (4%)
4. Menunggu tidak ada kasus baru covid selama seminggu (22%)
5. Sudah dinyatakan sebagai zona hijau atas rekomendasi pakar epidemiologi (46% atau sebanyak 90.519 responden)
6. Perlu kajian mendalam dan direkomendasi oleh gugus tugas covid 19 di daerah yang bersangkutan (39% atau sebanyak 75.788)

Jika Sekolah dibuka kembali, apa harapan responden orangtua?

1. seluruh ruang kelas harus disteril dahulu dengan disinfektan (76%)
2. Sekolah menambah jumlah wastafel, idealnya satu kelas satu wastafel (57%)
3. Sekolah menyediakan sabun cuci tangan di toilet dan wastafel (67%)
4. Sekolah menyediakan hand sanitizer (61%)
5. Setiap siswa dan guru harus diukur suhu tubuhnya sebelum masuk kelas (66%)
6. Jam belajar di perpendek, nanti secara bertahap menuju jam belajar normal (63%)
7. Pemberlakuan shift belajar atau bergantian masuk agar dapat jaga jarak (57%)
8. Wajib menggunakan masker di lingkungan sekolah 74%)
9. Pemerintah membuat protocol kesehatan dan kesalamatan selama anak berada di sekolah (75%)
10. Protocol kesehatan dan keselamatan tersebut dilaksanakan secara ketat di sekolah (72%)
11. Pemerintah perlu menetapkan kurikulum dalam situasi darurat karena proses belajarnya juga dalam situasi darurat (68%)

"Untuk hasil olah data siswa dan guru akan disampaikan ke publik segera," katanya. (bum)