Mendikbud Khawatir Siswa Belajar di Rumah Merasa Kesepian, Hasil Survei Siswa Kangen Sekolah

Advertisement

Mendikbud Khawatir Siswa Belajar di Rumah Merasa Kesepian, Hasil Survei Siswa Kangen Sekolah

Rabu, 10 Juni 2020

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim

Belajardirumah.org -  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyoroti aspek psikologis siswa dalam melakukan kegiatan belajar di rumah. Dia khawatir siswa kesepian di masa pandemi COVID-19.

"Saya sangat khawatir dengan proses ini. Saya juga sangat khawatir dengan loneliness. Bukan hanya dari kognitifnya," kata Nadiem dalam telekonferensi di diskusi 'Distance Learning Affecting Students in New Normal', Selasa (9/6/2020).

Dia menjelaskan sekolah tidak hanya tempat belajar bagi anak-anak, namun tempat bagi anak-anak untuk melakukan sosialisasi. Menurutnya, hal itu merupakan aspek yang tidak dapat dianggap sepele.

"Jadi itu merupakan suatu hal yang nggak bisa kita minimalisir. Feeling of loneliness atau merasa lonely bagi anak-anak kita dari interaksi fisik yang mereka butuhkan dengan anak-anak lain. itu menurut saya bisa lebih besar risikonya daripada kognitifnya," ujar Nadiem.

Lebih lanjut Nadiem mengungkapkan data survei yang dilakukannya di Kemendikbud. Menurutnya, banyak anak yang ingin segera Kembali beraktivitas ke sekolah.

"Semua survei yang kita lakukan selama ini yang paling ingin kembali sekolah itu yang mayoritas itu adalah murid-murid SD, SMP, SMA. Semuanya kangennya luar biasa sama sekolah. Yang biasanya nggak pernah mau bangun buat sekolah sekarang mereka bilang 'aduh kangen banget sama teman, kangen sama guru, kangen nongkrong di kantin sama temen-temen' dan lain-lain," ungkap Nadiem.

Selain itu, Nadiem mengatakan kesuksesan kegiatan belajar dari rumah dapat dinilai melalui tingkatan usia. Menurutnya anak yang lebih dewasa seperti mahasiswa akan lebih mandiri dalam melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) jika dibandingkan dengan anak di tingkat Pendidikan anak usia dini (PAUD).

Nadiem menuturkan anak-anak yang lebih dewasa dapat lebih meminimalisir risiko negatif dari PJJ. Sementara, anak kecil memerlukan interaksi fisik guna memperoleh pembelajaran.

"Jadinya kita kalau melihat risiko daripada barrier ini, barrier tanpa face to face, tanpa interaksi. Itu risikonya jauh lebih tinggi untuk yang paling kecil dan less resiko untuk yang paling kuat," ucap Nadiem

"Karena secara fundamental anak kecil... proses pembelajaran untuk anak kecil adalah bukan hanya suatu kognitif proses. Yang lebih penting ini adalah emotional connection antara dia dan mentor dia. Jadi kalau dia trust itu guru PAUD, pembelajaran dia akan terstimulasi lebih besar," imbuhnya.