Nadiem Berkeras Membuka Sekolah Tatap Muka Juli Tahun Ini, Sekolah Tatap Muka, 37 Guru dan Karyawan Positif Covid? Simak Selengkapnya

Advertisement

Nadiem Berkeras Membuka Sekolah Tatap Muka Juli Tahun Ini, Sekolah Tatap Muka, 37 Guru dan Karyawan Positif Covid? Simak Selengkapnya

Sabtu, 05 Juni 2021

 


Belajardirumah.org -  Mendikbud Ristek Nadiem Makarim berkeras membuka sekolah dengan skema tatap muka pada Juli tahun ini. Kebijakan tersebut diambil di saat kasus Covid-19 justru sedang melonjak pascalibur lebaran.

Nadiem menyatakan tidak ada tawar menawar demi pendidikan. Nadiem beralasan masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusia.


"Tidak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi," kata Nadiem dalam acara yang disiarkan YouTube Kemendikbud RI, Rabu (2/6).


Meski mengaku memahami kekhawatiran orang tua, namun mantan Bos Gojek itu menyebut penundaan membuka sekolah bisa berdampak panjang. 


Pembukaan sekolah Juli nanti, kata dia, juga berdasarkan pertimbangan usai dirinya membaca dan mendengar langsung keluhan para pelajar di media sosial.


"Kami upayakan pendidik dan tenaga kependidikan jadi prioritas penerima vaksinasi Covid-19," ujarnya.


Sejalan dengan titah Nadiem, Kemendikbud Ristek menerbitkan panduan pendidikan tatap muka (PTM). Panduan ini, diperuntukkan bagi sekolah tingkat PAUD, dasar, dan menengah. Nadiem berharap para pendidik bisa mempelajari dan menggunakan panduan ini saat membuka sekolah pada Juli mendatang.


Sebelumnya, pemerintah telah mewajibkan semua sekolah dibuka dan melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Hal ini dilakukan setelah vaksinasi terhadap guru dan tenaga kependidikan selesai dilakukan. Adapun vaksinasi ini, kata Nadiem, paling lama selesai pada Agustus mendatang.


Saat ini, menurutnya, baru terdapat 30 persen sekolah yang membuka pembelajaran tatap muka. Padahal, pemerintah telah mendorong berulangkali agar sekolah dibuka.


Meski demikian, sekolah yang hendak melakukan PTM harus memenuhi sejumlah syarat, seperti mendapatkan izin dan pemerintah daerah setempat dan memenuhi daftar periksa Kemendikbud Ristek.


Hal itu meliputi sejumlah fasilitas pencegahan penularan Covid-19, seperti tempat mencuci tangan, disenfektan, dan toilet yang bersih.


Sementara itu diketahui ebanyak 10.931 sekolah tidak memiliki sarana cuci tangan, 38.595 sekolah tidak punya desinfektan, 11.801 sekolah tidak memiliki toilet bersih. Meski mendorong agar PTM segera dilakukan, pemerintah tidak menyediakan anggaran khusus untuk pemenuhan sarana ini. Pemerintah meminta agar sekolah menggunakan dana BOS untuk melakukan PTM terbatas.


Sekolah Tatap Muka, 37 Guru dan Karyawan Positif Covid


Sebanyak 37 guru dan tenaga kependidikan SMA Negeri 4 Kota Pekalongan, Jawa Tengah terkonfirmasi covid-19. Dinas Pendidikan mencatat kasus ini bermula dari seorang guru yang sakit namun tidak melapor kepada pihak sekolah.


"Bahkan, yang bersangkutan tetap bekerja seperti biasa dan berkumpul dengan rekan-rekanya di sekolah," kata Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 13 Jawa Tengah, Zumrotul, Rabu (2/6) dikutip dari Antara.


Usai guru itu teridentifikasi covid-19, pihak sekolah melakukan tracing dan mendapati 36 guru dan tenaga pendidik lainnya terkonfirmasi covid berdasarkan hasil tes cepat polymerase chain reaction (PCR).


Usai temuan kasus itu, pihak sekolah memutuskan para guru maupun tenaga pendidikan bekerja dari rumah dan isolasi mandiri mulai 2 hingga 11 Juni 2021.


Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Slamet Budiyanto mengatakan klaster SMAN 4 Pekalongan mengatakan guru yang pertama terdeteksi sakit namun tetap mengajar itu mengalami gejala anosmia (indera penciuman tidak berfungsi). Kemudian, oleh kepala sekolah setempat yang bersangkutan bersama dua guru lain yang telah kontak erat diminta melakukan tes PCR pada 25 Mei 2021.


"Mulanya tiga orang tersebut dinyatakan positif Covid-19. Selanjutnya dilakukan penelusuran kembali kontak erat tiga guru tersebut dengan puluhan guru lainnya. Hingga ada 37 guru dan tenaga kependidikan yang terkonfirmasi covid," katanya.


Saat ini, pihaknya melakukan pengembangan kembali dengan kesepakatan melakukan tes PCR karena ada sejumlah guru yang belum melakukan tes cepat covid.


"Kami minta guru dan tenaga kependidikan yang positif yang tidak bisa melakukan isolasi mandiri agar berisolasi di gedung diklat. Kami juga akan melakukan pengembangan dengan mengidentifikasi keluarga masing-masing," katanya. (Sumber : Cnnindonesia.com)