STOP ! Menghujat Guru Makan Gaji Buta! Nih Lihat Tugas Guru Selama Pandemi, Jangan Kira Guru Menganggur

Advertisement

STOP ! Menghujat Guru Makan Gaji Buta! Nih Lihat Tugas Guru Selama Pandemi, Jangan Kira Guru Menganggur

Sabtu, 06 Juni 2020


Belajardirumah.org -  Ketika siswa dilarang datang ke sekolah selama pandemi, banyak orang mengira bahwa guru otomatis menganggur. Tugas guru otomatis tak ada. Hanya kirim-kirim tugas saja sambil santai minum kopi dan singkong rebus. Menduga-duga meang boleh saja. Tapi, benarkah demikian?

Kalau yang dibicarakan konteksnya individu per individu, tentu tak bisa dipukul rata. Masyarakat bisa cek langsung saja ke guru yang bersangkutan. Apakah selama Pandemi ini guru itu jadi santai-santai saja tiada kerjaan? Atau ternyata tetap sibuk sebagaimana biasanya?

Tapi kalau yang dibicarakan adalah sesuatu yang normatif dan ideal, guru di masa pandemi ini sebetulnya tetap sibuk lho. Tugas sebagai guru tetap ada. Normal dan sepertinya tak bisa dikatakan gampang dan membuatnya bisa santai-santai saja.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan Belajar Dari Rumah Selama Darurat Bencana Covid-19 Di Indonesia. Pedoman ini didasarkan pada Surat Edaran Setjen Nomor 15 Tahun 2020.

Pedoman ini mengupas seluk beluk kegiatan layanan pendidikan yang ideal untuk setiap pelaku pendidikan di Indonesia. Termasuk, menjelaskan juga tugas-tugas guru selama masa pandemi. Apa saja tugasnya?

Kemendikbud sendiri membagi tugas guru ke dalam dua skenario. Pertama, tugas guru jika pembelajaran dilakukan secara daring (dalam jaringan/online), dan tugas guru jika pembelajaran dilakukan secara luring (luar jaringan/offline)

Dalam skenario daring, tugas guru adalah sebagai berikut:

Pertama, membuat skenario untuk berkomunikasi dengan orangtua/wali dan peserta didik.

Bagi guru yang terbiasa dengan penggunaan gadget, tugas ini mungkin mudah saja. Tapi bagi guru yang gaptek, ini adalah pekerjaan yang butuh perjuangan dan tak bisa dianggap sepele.

Kedua, membuat RPP yamg sesuai minat dan kondisi anak

Ini juga sebetulnya bukan tugas yang sederhana. Memahami minat dan kondisi anak membutuhkan pendekatan dan upaya memahami anak didik dengan memerhatikan kondisi kekinian. Apalagi bagi guru-guru dengan usia yang memiliki jarak cukup jauh dengan anak didiknya yang beda zaman.

Ketiga, menghubungi orangtua untuk mendiskusikan rencana pembelajaran yang inklusif sesuai kondisi anak

Tugas ini mungkin mudah saja dilakukan guru. Namun, dalam sudut pandang orangtua, tentu orangtua beragam. Tak semua orangtua aware dan bisa diajak diskusi. Sebagian mungkin cuek dan kurang berminat membuka ruang diskusi. Ini juga membutuhkan pendekatan yang tak sederhana.

Keempat, guru memastikan proses pembelajaran berjalan dengan lancar

Bagaimana caranya? Caranya dengan memastikan persiapan untuk peserta didik, melakukan refleksi dengan peserta didik, menjelaskan materi yang akan diajarkan, serta memafasilitasi tanya jawab dengan siswa.

Kelima, guru mesti berkordinasi dengan orangtua/wali untuk penugasan belajar

Bagi siswa yang belum dibekali gadget, guru otomotis harus mengirim tugasnya via orangtua. Orangtua tentu saja berbeda-beda dalam menanggapi tugas yang diberikan guru. Ada yang menerima dan koperatif, ada juga yang merasa risih dan menuntut guru untuk memberikan pemahaman yang baik agar urusan beres. Dalam pembelajaran normal, tugas ini malah tak ada.

Keenam, mengumpulkan dan merekap tugas yang dikirim peserta didik dalam waktu yang telah disepakati

Ini sebetulnya tugas yang biasa dilakukan dalam kondisi normal. Artinya, aktivitas merekap dan berkutat dengan administrasi seperti ini juga tetap menjadi tugas guru dii masa pandemi.

Ketujuh, muatan penugasan adalah pendidikan kecakapan hidup, antara lain mengenai pandemi covid-19. Selain itu perlu dipastikan adanya konten rekreasional

Tugas ini juga tak mudah, karena menuntut guru lebih melek literasi. Guru tak bisa memberikan tugas yang normatif sesuai buku teks, akan tetapi guru juga harus berfikir lebih jauh tentang hal-hal yang relevan dengan kehidupan anak, termasuk selama masa pandemi.

Poin rekreasional juga sebetulnya bukan pekerjaan sederhana.

Sampai sini, masih berfikir dimasa pandemi ini guru otomatis menganggur?

Sementara itu, jika pembelajaran dilakukan secara luring (offline), tugas guru lebih rumit. Hal ini berlaku dalam kondisi wilayah-wilayah terpencil yang akses internet dan kepemilikan perangkatnya terbatas.